Ada sebuah pernyataan
bahwa, “Sebenarnya guru-guru di sekolah ini mempunyai kemampuan,
dan sayang kemampuan tersebut tidaklah dibuktikan dengan kemauan.” Begitu ungkapannya.
Sebuah ungkapan yang
sangat ringan dan memang ringan. Tapi, sebenarnya ungkapan ini adalah cambuk.
Ungkapan tersebut bukanlah lahir tanpa sebab, ungkapan tersebut lahir setelah
ada kuisioner dari seorang mahasiswa yang sedang dalam tugas akhirnya.
Saya tidak akan membahas
siapa? Di mana? Kapan? Peristiwa itu terjadi.
Kemampuan dan kemauan,
iya. Inilah dua sisi yang seharusnya dimiliki oleh siapa saja. Kadang mempunyai
kemampuan, tapi kemauan tidak dimiliki, maka hanya akan sia-sia kemampuannya.
Kadang kemauan ada tapi tidak memiliki kemampuan, juga akan sia-sia. Kedua hal
inilah yang bisa mensukseskan, baik diri sendiri ataupun orang lain.
Saat kemampuan yang kita
miliki, misal kemampuan menjadi pendidik yang profesional, diterapkan pda
dirinya, sudahlah tentu dia akan selalu belajar dan belajar menjadi pendidik
yang benar-benar profesional. Jika dia belum bisa menstransfer nilai-nilai
kepada anak didiknya, tentu dia akan berusaha keras meraihnya. Karena sudah
pasti dia paham karakter tiap anak didikya, misal si A anak cerdas, dia cukup
diterangkan sekali dua kali pasti paham. Beda dengan si B yang harus
diterangkan beberapa kali, beda lagi dengan si C yang harus selalu diberi tugas
tambahan. Yups, ini kemampuan yang diiringi oleh kemauan kuat.
Saat kedual hal tersebut
ada dalam diri seseorang, dia akan membawa dampak kebaikan. Di antaranya :
Pertama, kebaikan untuk dirinya sendiri, karena dia
mengamalkan kemampuannya, dia mengamalkan ilmunya, sudah pasti akan berpahala
dalam bahasa agama.
Kedua, ianya akan membawa kebaikan bagi orang lain.
Sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam, “Sebaik-baik kalian adalah yang bermanfaat
bagi orang lain.” Nah, seperti yang di contohkan di atas, seorang guru yang
menerapkan keprofesionalanya sudah pasti dia akan membahagiakan kepada orang
lain, kepada murid-muridnya, kepada orang tua murid, dan kepada atasannya.
Ketiga, saat kemampuan dan kemauan diterapkan sudah
tentu dia akan membawa kebaikan kepada lembaganya atau keluarganya.
Kebaikannya akan di catat dengan tinta emas bahwa di Fulan yang telah
memperjuangkan ini dan itu.
Hakikatnya bukan jasa
kita karena kemampuan dan kemauan yang kita miliki untuk dicatat. Intinya kita
mengamalkan ilmu yang ada sehingga ilmu ini akan bermanfaat lebih jika
didiamkan saja.
Wallahu a’lam bishawab.
Dikutip dari : Tuswan Reksameja, Redaktur Majalah Fahma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar