Kamis, 10 Juli 2014

manfaat atas kemampuan dan kemauan

Ada sebuah pernyataan bahwa, “Sebenarnya guru-guru di sekolah ini mempunyai kemampuan, dan sayang kemampuan tersebut tidaklah dibuktikan dengan kemauan.” Begitu ungkapannya.

Sebuah ungkapan yang sangat ringan dan memang ringan. Tapi, sebenarnya ungkapan ini adalah cambuk. Ungkapan tersebut bukanlah lahir tanpa sebab, ungkapan tersebut lahir setelah ada kuisioner dari seorang mahasiswa yang sedang dalam tugas akhirnya.
Saya tidak akan membahas siapa? Di mana? Kapan? Peristiwa itu terjadi.
Kemampuan dan kemauan, iya. Inilah dua sisi yang seharusnya dimiliki oleh siapa saja. Kadang mempunyai kemampuan, tapi kemauan tidak dimiliki, maka hanya akan sia-sia kemampuannya. Kadang kemauan ada tapi tidak memiliki kemampuan, juga akan sia-sia. Kedua hal inilah yang bisa mensukseskan, baik diri sendiri ataupun orang lain.
Saat kemampuan yang kita miliki, misal kemampuan menjadi pendidik yang profesional, diterapkan pda dirinya, sudahlah tentu dia akan selalu belajar dan belajar menjadi pendidik yang benar-benar profesional. Jika dia belum bisa menstransfer nilai-nilai kepada anak didiknya, tentu dia akan berusaha keras meraihnya. Karena sudah pasti dia paham karakter tiap anak didikya, misal si A anak cerdas, dia cukup diterangkan sekali dua kali pasti paham. Beda dengan si B yang harus diterangkan beberapa kali, beda lagi dengan si C yang harus selalu diberi tugas tambahan. Yups, ini kemampuan yang diiringi oleh kemauan kuat.
Saat kedual hal tersebut ada dalam diri seseorang, dia akan membawa dampak kebaikan. Di antaranya :
Pertama, kebaikan untuk dirinya sendiri, karena dia mengamalkan kemampuannya, dia mengamalkan ilmunya, sudah pasti akan berpahala dalam bahasa agama.
Kedua, ianya akan membawa kebaikan bagi orang lain. Sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam, “Sebaik-baik kalian adalah yang bermanfaat bagi orang lain.” Nah, seperti yang di contohkan di atas, seorang guru yang menerapkan keprofesionalanya sudah pasti dia akan membahagiakan kepada orang lain, kepada murid-muridnya, kepada orang tua murid, dan kepada atasannya.
Ketiga, saat kemampuan dan kemauan diterapkan sudah tentu dia akan membawa kebaikan kepada lembaganya atau keluarganya. Kebaikannya akan di catat dengan tinta emas bahwa di Fulan yang telah memperjuangkan ini dan itu.
Hakikatnya bukan jasa kita karena kemampuan dan kemauan yang kita miliki untuk dicatat. Intinya kita mengamalkan ilmu yang ada sehingga ilmu ini akan bermanfaat lebih jika didiamkan saja.
Wallahu a’lam bishawab.

Dikutip dari : Tuswan Reksameja, Redaktur Majalah Fahma.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar